Mungkin sudah biasa jika kita mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa "Lulusan IT Indonesia mengecewakan" atau"Lulusan IT di Indonesia tidak siap kerja" atau
yang senada lainnya. Tapi terlepas dari benar atau tidaknya hal
tersebut, kita secara sadar memang harus mengakui bahwa memang ada
sebagian dari temen-temen lulusan IT yang kurang dari ekspektasi terutama dari sudut pandang industri.
Saat ini kita tahu bahwa salah satu jurusan yang sangat digandrungi adalah jurusan IT, bahkan hampir semua universitas di Indonesia memiliki jurusan IT, terlebih saat ini sedang hypebisnis startup. Berdasarkan data dari Aptikom bahwa saat ini ada sekitar 500.000 mahasiswa D1 hingga S3 yang sedang aktif belajar di lebih dari 850 Perguruan Tinggi di Indonesia di bawah naungan sekitar 1.500 program studi Kampus Informatika dan Komputer di seluruh Indonesia, dengan jumlah lulusan sekitar 40.000 hingga 50.000 alumni per tahunnya. Jika melihat angka, sebenarnya angka tersebut tidak bisa dibilang kecil. Namun pada kenyataannya tetap saja industri selalu kesulitan dalam menyerap tenaga IT. Kemanakah mereka?
Tidak akan ada asap jika tidak ada api. Tentu saja ungkapan-ungkapan kekecewaan di atas tidak serta merta muncul tanpa sebab. Ada hukum sebab akibat di sini. Namun tentu saja jika dijabarkan secara detail ada banyak sekali faktor yang mempengaruhinya mulai dari faktor internal mahasiswanya maupun faktor eksternal seperti kurikulum, lingkungan perkuliahan, pengajar dan lainnya. Tentu saja akan terlalu panjang jika dibahas pada artikel sederhana ini.
Tukang Coding , pada kesempatan kali ini saya lebih mengerucutkan pembahasan pada faktor internal mahasiswa, yaitu "penyakit" atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering kali ada pada mahasiswa yang menyebabkan mereka kesulitan dalam memasuki dunia industri.
Berikut ini 3 "penyakit" atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering kali menjangkit mahasiswa IT di Indonesia:
Saat ini kita tahu bahwa salah satu jurusan yang sangat digandrungi adalah jurusan IT, bahkan hampir semua universitas di Indonesia memiliki jurusan IT, terlebih saat ini sedang hypebisnis startup. Berdasarkan data dari Aptikom bahwa saat ini ada sekitar 500.000 mahasiswa D1 hingga S3 yang sedang aktif belajar di lebih dari 850 Perguruan Tinggi di Indonesia di bawah naungan sekitar 1.500 program studi Kampus Informatika dan Komputer di seluruh Indonesia, dengan jumlah lulusan sekitar 40.000 hingga 50.000 alumni per tahunnya. Jika melihat angka, sebenarnya angka tersebut tidak bisa dibilang kecil. Namun pada kenyataannya tetap saja industri selalu kesulitan dalam menyerap tenaga IT. Kemanakah mereka?
Tidak akan ada asap jika tidak ada api. Tentu saja ungkapan-ungkapan kekecewaan di atas tidak serta merta muncul tanpa sebab. Ada hukum sebab akibat di sini. Namun tentu saja jika dijabarkan secara detail ada banyak sekali faktor yang mempengaruhinya mulai dari faktor internal mahasiswanya maupun faktor eksternal seperti kurikulum, lingkungan perkuliahan, pengajar dan lainnya. Tentu saja akan terlalu panjang jika dibahas pada artikel sederhana ini.
Tukang Coding , pada kesempatan kali ini saya lebih mengerucutkan pembahasan pada faktor internal mahasiswa, yaitu "penyakit" atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering kali ada pada mahasiswa yang menyebabkan mereka kesulitan dalam memasuki dunia industri.
Berikut ini 3 "penyakit" atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering kali menjangkit mahasiswa IT di Indonesia:
1. Nggak Ngerti Jurusan yang Diambilnya
Dengan boomingnya jurusan IT di Indonesia beberapa tahun terakhir ini,
membuat sebagian orang menjadi latah. Sehingga tidak sedikit yang
mengambil jurusan IT tanpa tahu terlebih dahulu apa saja yang akan
dipelajari di jurusan ini. Bahkan yang lebih parah adalah tidak tahu
akan menjadi apa outputnya nanti ketika lulus. Alih-alih memilih jurusan
dikarenakan minat dan kemampuan, yang ada malah memilih jurusan
dikarenakan hype semata. Alhasil mereka akan kesulitan beradaptasi
dengan kompetensi yang ada. Biasanya yang sering kali terjangkit
"penyakit" ini adalah yang berasal dari daerah.
Sebenarnya dengan ketatnya seleksi penerimaan mahasiswa baru yang
dilakukan oleh kampus akan mengurangi masalah ini. Hanya saja bagi
kampus-kampus swasta (tidak semua) sering kali jarang memperhatikan hal
ini. Mungkin karena ada kebutuhan bisnis terhadap jumlah mahasiswa,
sehingga terkadang asal menerima saja tanpa melihat terlebih dahulu
latar belakang siswanya apakah benar-benar kompeten dalam bidang
tersebut atau tidak. Dan ujung-ujungnya akan membuat penuh sesak tanpa
dibarengi dengan kompetensi.
Saran saya, sebelum memilih masuk ke jurusan tertentu (tidak hanya IT),
pastikan terlebih dahulu kamu paham betul apa esensi dari jurusan
tersebut. Sesuaikan pula dengan minat dan kemampuanmu. Namun tidak ada
kata terlambat untuk belajar, jika awalnya kamu masuk jurusan IT tanpa
ngerti apa-apa tentang jurusannya, bertekadlah mulai sekarang untuk
memperbaikinya dengan sisa waktu yang ada.
2. Ngerasa Salah Jurusan
Ini
merupakan lanjutan dari masalah yang pertama, yaitu nggak ngerti
tentang jurusan yang dipilih. Alhasil nggak siap dan nggak mampu untuk
beradaptasi dengan kompetensi yang ada akhirnya ngerasa salah jurusan.
Kalau sudah ngerasa salah jurusan akhirnya kuliahnya pun pasti seperti
kehilangan motivasi.
3.Kurang Update Informasi
Perubahan adalah sebuah keniscayaan dalam dunia teknologi yang notabene
merupakan konten utama dalam jurusan IT. Apa yang kamu pelajari di
perkuliahan boleh jadi akan kadaluarsa saat kamu lulus. Apakah itu
karena kesalahan kurikulum? Tidak. Itu karena kita berada pada industri
yang sangat cepat bergerak. Kamu tahu, ketika saya masih smk dahulu, saya
diajarkan bahwa JavaScript adalah sebuah bahasa pemrograman yang
berjalan di client side. Namun kini dengan hadirnya Node.js semua
teori itu harus diperbaharui, karena kini JavaScript bisa pula berjalan
pada server side. Tentu saja yang dibutuhkan dalam dunia industri
adalah teknologi teranyar, terbaik dan tercepat. Kalau kamu hanya
mengandalkan informasi yang ada dari dosen (perkuliahan) saja tanpa
berusaha mencari dan update informasi dari luar yang langsung bersumber
dari industri, maka sangat wajar jika nanti kamu akan kesulitan
beradaptasi dalam dunia industri.
Ingatlah kawan, internet sudah sangat mudah kita akses, web-web yang
menyajikan informasi tentang perkembangan teknologi dan edukasi seputar
pemrograman sudah bertaburan.
No comments:
Post a Comment